Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Harian, Tenaga Harian Lepas, Penerima Upah Satuan, Dan Penerima Upah Borongan

Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Harian, Tenaga Harian Lepas, Penerima Upah Satuan, Dan Penerima Upah Borongan

III.1  DENGAN UPAH HARIAN
  III.1.1  Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2013 bekerja sebagai buruh
harian PT Cipta Mandiri Sejahtera. la bekerja selama 10 hari dan menerima upah harian
sebesar Rp200.000,00.
    Penghitungan PPh Pasal 21 terutang:
    Upah sehari    Rp  200.000,00
    Dikurangi batas upah harian tidak dilakukan
    pemotongan PPh   Rp  200.000,00
    Penghasilan Kena Pajak sehari    Rp  0,00
    PPh Pasal 21 dipotong atas Upah sehari:    Rp 0,00
    Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah kumulatif upah yang diterima belum melebihi
Rp2.025.000,00 maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.
    Pada hari ke-11 jumlah kumulatif upah yang diterima melebihi Rp2.025.000,00, maka PPh
Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan upah setelah dikurangi PTKP yang sebenarnya.
    Upah s.d hari ke-11 (Rp200.000,00 x 11)    Rp  2.200.000,00
    PTKP sebenarnya:
    11 x (Rp24.300.000,00/ 360)   Rp  742.500,00
    Penghasilan Kena Pajak s.d hari ke-11    Rp  1.457.500,00
    PPh Pasal 21 terutang s.d hari ke-11
    5% x Rp1.457.500,00    Rp  72.875,00
    PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-10  Rp  0,00
    PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-11   Rp  72.875,00
    Sehingga pada hari ke-11, upah bersih yang diterima Nurcahyo sebesar:
    Rp200.000,00 - Rp72.875,00= Rp127.125,00
    Misalkan Nurcahyo bekerja selama 12 hari, maka penghitungan PPh Pasal 21 yang harus
dipotong pada hari ke - 12 adalah sebagai berikut :
    Pada hari kerja ke-12, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong adalah:
    Upah sehari    Rp  200.000,00
    PTKP sehari
    -  untuk WP sendiri (Rp 24.300.000,00: 360) Rp  67.500,00
    Penghasilan Kena Pajak    Rp  132.500,00
    PPh Pasal 21 terutang
    5% x Rp132.500,00    Rp  6.625,00
    Sehingga pada hari ke-12, Nurcahyo menerima upah bersih sebesar:
    Rp200.000,00 - Rp6.625,00 = Rp193.375,00
  III.1.2 Nanang Hermawan (belum menikah) pada bulan Maret 2013 bekerja pada perusahaan PT
Tani Jaya, menerima upah sebesar Rp300.000,00 per hari.
   Penghitungan PPh Pasal 21 Upah sehari Rp300.000,00
   Upah sehari di atas Rp200.000,00 adalah:
   Rp300.000,00 - Rp200.000,00 = Rp100.000,00
   PPh Pasal 21 = 5% x Rp100.000,00 = Rp5.000,00 (harian)
   Pada hari ke-7 dalam bulan kalender yang bersangkutan, Nanang Hermawan telah
menerima penghasilan sebesar Rp2.100.000,00, sehingga telah melebihi Rp2.025.000,00.
Dengan demikian PPh Pasal 21 atas penghasilan Nanang Hermawan pada bulan Maret 2013
dihitung sebagai berikut:
   Upah 7 hari kerja    Rp  2.100.000,00
   PTKP:
   7 x (Rp24.300.000,00/360)  Rp 472.500,00
   Penghasilan Kena Pajak   Rp 1.627.500,00
   PPh Pasal 21 = 5% x Rp1.627.500,00   Rp 81.375,00
   PPh Pasal 21 yang telah dipotong s.d hari ke-6:
   6 x Rp5.000,00  Rp 30.000,00
   PPh Pasal 21 yang harus dipotong pada hari ke-7  Rp 51.375,00
   Jumlah sebesar Rp51.375,00 ini dipotongkan dari upah harian sebesar Rp300.000,00
sehingga upah yang diterima Nanang Hermawan pada hari kerja ke-7 adalah:
   Rp300.000,00 - Rp51.375,00 = Rp248.625,00
   Pada hari kerja ke-8 dan seterusnya dalam bulan kalender yang bersangkutan, jumlah PPh
Pasal 21 per hari yang dipotong adalah:
   Upah sehari    Rp  300.000,00
   PTKP
   - untuk WP sendiri (Rp24.300.000,00 : 360)   Rp  67.500,00
   Penghasilan Kena Pajak    Rp  232.500,00
   PPh Pasal 21 terutang adalah 5% x Rp232.500,00 = Rp11.625,00
 III.2  DENGAN UPAH SATUAN
  Rizal Fahmi (belum menikah) adalah seorang karyawan yang bekerja sebagai perakit TV pada suatu
perusahaan elektronika. Upah yang dibayar berdasarkan atas jumlah unit/satuan yang diselesaikan
yaitu Rp75.000,00 per buah TV dan dibayarkan tiap minggu. Dalam waktu 1 minggu (6 hari kerja)
dihasilkan sebanyak 24 buah TV dengan upah Rp1.800.000,00
  Penghitungan PPh Pasal 21 :
  Upah sehari adalah
  Rp1.800.000,00 : 6    Rp  300.000,00
  Upah diatas Rp200.000,00 sehari
  Rp300.000,00- Rp200.000,00    Rp  100.000,00
  Upah seminggu terutang pajak
  6 x Rp100.000,00    Rp  600.000,00
  PPh Pasal 21
  5% x Rp600.000,00= Rp30.000,00 (Mingguan)
 III.3  DENGAN UPAH BORONGAN
  Contoh Penghitungan :
  Mawan mengerjakan dekorasi sebuah rumah dengan upah borongan sebesar Rp450.000,00,
pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.
  Upah borongan sehari : Rp450.000,00 : 2 = Rp  225.000,00
  Upah sehari diatas Rp200.000,00
  Rp225.000,00 — Rp200.000,00  Rp  25.000,00
  Upah borongan terutang pajak:
  2 x Rp25.000,00  Rp  50.000,00
  PPh Pasal 21 = 5% x Rp50.000,00 = Rp 2.500,00
 III.4  UPAH HARIAN/SATUAN/BORONGAN/HONORARIUM YANG DITERIMA TENAGA HARIAN
LEPAS TAPI DIBAYARKAN SECARA BULANAN
  Bagus Hermanto bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang dibayarkan
bulanan. Dalam bulan Januari 2013 Bagus Hermanto hanya bekerja 20 hari kerja dan upah sehari
adalah Rp150.000,00. Bagus Hermanto menikah tetapi belum memiliki anak.
  Penghitungan PPh Pasal 21
  Upah Januari 2013 = 20 x Rp150.000,00 = Rp 3.000.000,00
  Penghasilan neto setahun = 12 x Rp3.000.000,00 =    Rp  36.000.000,00
  PTKP (K/-) adalah sebesar
  -  Untuk WP sendiri Rp 24.300.000,00
  -  tambahan karena menikah  Rp  2.025.000,00
Rp  26.325.000,00
  Penghasilan Kena Pajak   Rp  9.675.000,00
  PPh Pasal 21 setahun adalah sebesar:
  5% x Rp9.675.000,00 =  Rp 483.750,00
  PPh Pasal 21 sebulan adalah sebesar:
  Rp483.750,00 : 12 = Rp40.312,00

Posting Komentar untuk "Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Harian, Tenaga Harian Lepas, Penerima Upah Satuan, Dan Penerima Upah Borongan"